INFO TERKINI - Makassar, 29 November 2025 — Universitas Negeri Makassar melalui Pusat Layanan MKWK menggelar Showcase Model Pembelajaran Mata Kuliah Wajib Kurikulum (MKWK) dengan mengangkat tema “Anti Intoleransi dan Radikalisme”. Kegiatan ini dipimpin oleh Kepala Pusat Layanan MKWK, Dr. H. Mustari, M.Hum, bersama Tim Project MKWK, dan menghadirkan para dosen pengampu MKWK dari berbagai program studi.
Hadyan Hashfi MS selaku Tim Dosen MKWK yang mewakili mata kuliah Pendidikan Pancasila menegaskan bahwa radikalisme dan intoleransi merupakan fenomena sosial yang semakin mengemuka dan menjadi ancaman serius bagi pembangunan karakter kebangsaan di era kontemporer. Ia menjelaskan bahwa radikalisme ditandai oleh pola pikir ekstrem, eksklusif, serta bertentangan dengan prinsip demokrasi dan konstitusi, sementara intoleransi mencerminkan ketidakmauan untuk menerima perbedaan identitas yang dapat memicu konflik horizontal.
“Fenomena ini adalah indikasi lemahnya internalisasi nilai-nilai ideologis bangsa, khususnya Pancasila, dalam kehidupan generasi muda,” ujar Hadyan. Ia menekankan bahwa perguruan tinggi memiliki peran strategis dalam memperkuat daya tangkal ideologis mahasiswa melalui literasi kebangsaan, pendidikan karakter, dan pembudayaan nilai-nilai Pancasila.
Dalam kerangka regulasi, Hadyan mengutip UU No. 12 Tahun 2012 tentang Pendidikan Tinggi yang menegaskan bahwa fungsi pendidikan tinggi adalah mengembangkan kemampuan, membentuk watak, serta memajukan peradaban bangsa. Hal tersebut dimanifestasikan dalam keberadaan MKWK—yang meliputi mata kuliah Agama, Pancasila, Kewarganegaraan, dan Bahasa Indonesia—sebagai sarana pembentukan karakter dan penguatan nilai kebangsaan.
Showcase ini menampilkan implementasi Character-Based Project Learning, sebuah model pembelajaran berbasis proyek yang menempatkan mahasiswa sebagai subjek aktif dalam mengaitkan teori dengan persoalan aktual. Melalui proyek-proyek seperti kampanye toleransi, dialog antaragama, hingga kegiatan sosial berbasis nilai Pancasila, mahasiswa diajak untuk menerapkan secara nyata nilai kebhinekaan, moderasi beragama, dan toleransi.
Menurut Hadyan, pendekatan ini selaras dengan arah kebijakan nasional dalam Program Asta Cita, khususnya poin ketiga tentang “Indonesia yang Berkepribadian dalam Kebudayaan” dan poin kelima mengenai peningkatan kualitas manusia Indonesia yang cerdas secara intelektual, emosional, dan spiritual.
“Penerapan pembelajaran berbasis proyek karakter tidak hanya menjawab tantangan berkembangnya radikalisme dan intoleransi, tetapi merupakan kontribusi nyata perguruan tinggi dalam mendukung pembangunan nasional,” imbuhnya.
Melalui showcase ini, UNM berharap dapat memperkuat komitmen seluruh pemangku kepentingan pendidikan tinggi untuk membentuk generasi muda yang berkarakter, toleran, serta memiliki komitmen kebangsaan yang kuat dalam menjaga keutuhan NKRI dalam bingkai Bhinneka Tunggal Ika.
(Red)

0 Komentar